Sunday, January 10, 2010

She's Not Just A Girl, She's A Warrior Too....

Latihan kita kemarin benar-benar melelahkan. Aku tidak yakin apakah aku masih bisa membayar hukumanku karena sampai sekarang pun otot-ototku masih kehilangan kekuatannya. Mudah-mudahan engkau tidak mengalami masalah hari ini walaupun kelihatannya kau tidak kuat saat latihan kemarin.

Satu hal yang aku lihat makin membuatku kehilangan dirimu. Dan membuatku makin bersemangat berlatih. Sekali lagi, engkau tunjukkan pesonamu di hadapanku. Engkau tunjukkan ketajaman perasaanmu di depan mataku.

Aku ingat saat itu dirimu belum cukup kuat untuk menarik busur panah. Kau berlatih dengan potongan karet ban. Namun, yang kusaksikan kemarin sungguh membuatku kagum akan perkembanganmu.

Saat kau mendapat giliran untuk menembak, dengan tatapan penuh aku melihatmu. Dan, dari tiga tembakan, dua tembakan mengenai tepat bagian tengah sasaran dengan presisi tinggi, dua anak panah yang saling berdempetan, seolah kau ingin bercerita tentang dirimu dan kekasih barumu itu. Sempat aku katakan bahwa engkau bukanlah ace, tapi ternyata engkau mempunyai talenta untuk hal seperti ini.

Aku menganggap seorang pemanah mempunyai keanggunan tersendiri. Sungguh, kau terlihat anggun saat kau bidik sasaran dan saat kau lesatkan anak panahmu. Entahlah, aku berharap suatu saat aku akan mendapatkan keanggunan sebagai seorang pemanah ahli. Sementara, otot-ototku belum terbentuk cukup kuat untuk melakukan full-draw yang cukup lama.

Hanya lelaki yang menyadari kualitasmu sebagai warrior, tidak menganggapmu lemah dan butuh perlindungan lah yang berhak memilikimu.

Engkau tahu, aku merasa seperti Gilgamesh dalam visual novel Fate/Stay Night, yang ditolak mentah-mentah oleh cintanya, Saber, karena personality defect yang ia miliki (seperti dirinya, engkau tentu telah merasakan adanya personality defect pada diriku). Dan walaupun aku tidak ingin memulai pertarungan denganmu seperti Gilgamesh, aku merasa terhormat bila engkau menantangku bertarung untuk menyelesaikan masalah antara kita berdua. Dan, aku akan merasa sangat bahagia, jika aku mati di tanganmu.

Aku menunggu saat itu tiba, saat kau mengalahkanku, dan melenyapkan eksistensiku yang terasa tidak berharga ini, saat dirimu menjadi milik orang lain.

PS:
Menulis hal-hal tentangmu dan perasaanku saat ini merupakan salah satu yang bisa membuatku tetap waras, selain dukungan dari Ibuku yang mengetahui keadaanku saat ini.